Total Tayangan Halaman

Kamis, 17 Mei 2012

Angkie Yudistia : Wanit Tunarungu yang Sukses CEO

Jakarta - Keterbatasan sebagai penyandang tunarungu tak membuat Angkie Yudistia terpuruk. Founder dan CEO Thisable Enterprise itu malah menerabas 'tembok' bernama pesimisme dan bangkit berprestasi.

Namun pencapaian sukses perempuan kelahiran Medan, 5 Juni 1987 itu tak dengan mudah dilaluinya. Melainkan penuh caci dan diskriminasi hingga pernah membuatnya depresi.

Dikisahkan, Angkie mengalami tunarungu sejak berusia 10 tahun. Meski hal itu membuatnya terguncang, namun ia dan keluarga tetap memutuskan agar dirinya menempuh pendidikan di sekolah umum.



Praktis, keterbatasan Angkie itu menimbulkan banyak masalah selama belajar di SD hingga SMA. Tak jarang ia mengaku sering kali menerima cacian dan hinaan.

"Dulu aku diledekin, dikatain budek, tuli itu sering banget di lingkungan," ungkapnya. Ketika itu, rasa malu memang membuat Angkie menutupi jati dirinya sebagai penyandang tunarungu.

"Kalau ditanya, aku bilang, nggak apa-apa kok. Alat bantu dengar aku tutupi terus pakai rambut. Tapi nggak bisa dibohongi ya, dan bikin orang curiga aku kenapa. Aku sering dipanggil nggak denger, guru ngomong, nggak dengar," sambungnya lagi.

Pernah menyalahkan kondisi? "Itu sering banget. Kenapa sih Tuhan aku harus begini? Itu pertanyaan yang sering aku ucapkan. Tapi aku mau menyalahkan siapa? Orangtuaku pun nggak pernah memperlakukan aku berbeda dengan anaknya yang lain," sahutnya.



Hingga suatu ketika, seorang bapak di kereta api menyadarkannya untuk bangkit. Singkat cerita, sejak saat itu Angkie pun mulai bisa menerima keadaan dan berusaha menemukan jati dirinya yang sesungguhnya.

Bungsu dari dua bersaudara itu pun berusaha bangkit dan mengejar ketertinggalan. Agar tak tertinggal pelajaran di sekolah, ia belajar dua kali lebih keras dari teman-temannya yang lain hingga lulus.

"Aku sadar aku sulit mengikuti pelajaran di sekolah umum. Makanya setiap pulang sekolah aku pasti les. Banyak baca buku juga. Jadi dua kali belajar dari yang lainnya dan itu aku benar-benar jalani sampai lulus," terangnya.

dilema dihadapi Angkie Yudistia saat lulus SMA. Dokter yang merawatnya menyarankan agar ia tidak melanjutkan kuliah karena stress bisa memperparah kondisi pendengarannya.

Saat itu, telinga kanan Angkie hanya mampu mendengar suara 70 desibel sedangkan yang kiri 98 desibel. Sementara, rata-rata percakapan pada manusia normal berada di 40 desibel.

"Itulah yang membuat aku divonis dokter sebagai tunarungu pas usia 10 tahun. Makanya aku bisa dengar hanya kalau pakai hearing aid (alat bantu dengar) saja," ungkap perempuan kelahiran Medan, 5 Juni 1987 itu.
Namun Angkie ngotot untuk tetap meneruskan pendidikannya. Ia kemudian kuliah dan menyelesaikan studinya di jurusan periklanan di London School of Public Relations (LSPR), Jakarta, dan lulus dengan indeks prestasi komulatif 3.5.



Tekad Angkie yang kuat dan kemauan untuk terus menggali potensi diri, membuatnya tumbuh menjadi anak yang penuh percaya diri. Semasa kuliah, ia selalu aktif dalam berbagai kegiatan positif.

Angkie tercatat sebagai finalis Abang None mewakili wilayah Jakarta Barat tahun 2008. Selain itu ia juga berhasil terpilih sebagai The Most Fearless Female Cosmopolitan 2008, serta Miss Congeniality dari Natur-e, serta berbagai perestasi lainnya.

Kecintaan Angkie di dunia pendidikan pun mengantarnya meraih gelar master setelah lulus dari bidang komunikasi pemasaran lewat program akselerasi di LSPR. "Dunia komunikasi dan public speaking memang sudah menjadi passion aku," katanya seraya tersenyum.

Pemilik tinggi 170cm dan berat 53kg itu pernah pula bekerja sebagai humas di beberapa perusahaan. "Tapi bukan berarti aku nggak pernah ditolak kerja ya, sudah sering banget. Alasannya karena waktu mereka tahu aku tunarungu dan nggak bisa pakai telepon," kisahnya.

Pengalaman Angkie didiskriminasi itu kemudian memotivasinya untuk membuat Thisable Enterprise bersama rekannya. Perusahaan itu fokus pada misi sosial, khususnya membantu orang yang memiliki keterbatasan fisik alias difable (Different Ability People) seperti dirinya.



"Ketika aku sekarang sudah nyaman dengan diri aku sediri, sekarang giliran aku untuk membantu orang yang sama seperti aku dulu. Membantu menyadarkan orang juga agar jangan mendiskriminasi kami," tukasnya.

Kepedulian pemilik tinggi 170cm dan berat 53kg itu tak berhenti sampai di situ. Berbagai pengalaman hidupnya mencari jati diri kemudian dituangkannya lewat buku berjudul 'Invaluable Experience to Pursue Dream' (Perempuan Tuna Rungu Menembus Batas) akhir 2011 lalu.

Sosok Angkie dan segudang prestasinya itu menunjukkan bahwa setiap orang, bahkan yang punya cacat fisik sekalipun bisa jadi luar biasa. "Keterbatasan bisa jadi kelebihan. Setiap masalah pasti ada jalan keluar asal ada kemauan," ucapnya.

Lantas, masih adakah penyesalan sebagai penyandang tunarungu? "Nggak. Sekarang nggak ada yang aku tutup-tutupin lagi. Aku cukup bangga dilahirkan seperti ini. Aku memang beda, tapi aku yakin ada maksud dan tujuan Tuhan kenapa aku seperti ini," tandasnya.

sumber : hot.detikhot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Like!

Exit Anda Suka? Klik Like !! www.facebook.com/putraz354 Thanks for Visit my blog