Beberapa geliat entreprenuer,
terlebih yang baru saja terjun ke dunia bisnis atau bahkan masih berada
di taraf mencoba-coba, mempunyai kecenderungan untuk menjadikan usahanya
itu sebagai side job.
Kekhawatiran akan belum stabilnya bisnis yang digeluti membuat para
pemain baru di dunia entrepreneurship itu enggan meninggalkan pekerjaan
tetapnya. Tapi jika berjiwa entrepreneur, rasa takut yang semu itu akan
lenyap dengan sendirinya dan berganti dengan passion
yang kuat untuk fokus seratus atau bahkan seribu persen pada upaya
untuk mengembangkan bisnis. Inilah yang dilakukan lima orang sahabat
pendiri Simple Advertising.
Banyak
pertanyaan kerap muncul di benak calon entrepreneur yang berminat
membangun kerajaan bisnisnya. Bidang apa yang patut dikelola sebagai
bisnis potensial? Berapa modalnya? Butuh karyawan atau tidak? Berapa
investasi untuk membayar gaji karyawan dan lain sebagainya. Pertanyaan
tersebut seakan menggerogoti semangat calon pelaku usaha untuk terjun ke
dunia bisnis. Tak sedikit pula dari mereka, khususnya yang masih
berstatus karyawan di sebuah perusahaan enggan meninggalkan tempatnya
bekerja karena tak mau mengambil resiko kehilangan sumber penghasilan
bila bisnisnya tak berjalan sesuai keinginan. Akhirnya bisnis yang baru
dirintisnya dikesampingkan atau hanya dijadikan side job semata.
Sebagai manusia, kekhawatiran itu
wajar saja timbul apalagi bila sang entrepreneur terbentur pada
kewajiban untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Namun bila tak ada
perhatian khusus dalam mengelola sebuah bisnis niscaya usaha itu akan
terbengkalai dan tak menemui kesuksesan. Hal itu turut diungkapkan pula
oleh dua orang pengusaha muda yang tergolong sukses, Antonius Tunggal
Pujantoro dan Jepprih Guntoro. Bersama dengan ketiga sahabat karib
lainnya yakni Fendy Winarta, Endi Daniawan dan Januar Hamdi, mereka
mendirikan biro iklan penyedia material yang menunjang kegiatan promosi below the line untuk corporate misalnya POS material, papan toko, produk sampling atau display product.
Mengambil nama PT. Sarana Panca
Kreasi, yang bisa diartikan sebagai wadah kreatifitas lima orang
pendirinya, kelima pemuda cekatan ini kemudian membangun bendera usaha
bernama Simple Advertising. Awalnya, usaha itu hanya dianggap sebagai
pekerjaan sampingan untuk menambah penghasilan. Skill dan wawasan seputar dunia periklanan yang diperoleh semasa bekerja menjadi bekal kelimanya dalam mengelola side jobnya
tersebut yang dirintis pada sekitar tahun 2002. “Modal awal cuma Rp1,5
juta. Itu kita peroleh dari hasil menyisihkan gaji sebesar Rp50
ribu/bulan selama 5 bulan dari masing-masing orang. Uangnya dipakai
untuk membeli satu set komputer dan mesin faksimile,” kenang Antonius
yang sering disapa Anton ini. “Untuk kantor, kita memakai kamar Januar
Hamdi di rumahnya,” lanjutnya.
Meski dengan sarana dan peralatan seadanya, kelimanya optimis bahwa bisnis advertising-nya akan berkembang dan mampu menjaring klien dari corporate besar. Kelimanya pun lalu memutuskan meninggalkan pekerjaan tetapnya dan mulai konsentrasi penuh untuk mengelola side job-nya.
Dengan formasi Jepprih yang berlatar belakang pendidikan akuntansi
mengurus keuangan dan selebihnya yang berlatar belakang pendidikan
teknik grafika membagi job-desc
sebagai berikut; Anton dan Fendy mengelola bidang produksi, Endi di
bagian marketing lalu Januar bertanggung jawab di bagian desain.
Berangkat dari idealisme serta mimpi yang sama, lima sekawan ini mulai
melebarkan bisnis yang semula hanya sebagai usaha sampingan.
Fokus ke Bisnis
Kesadaran untuk stay focus on business
timbul ketika usaha mereka menghasilkan omzet Rp2 juta pada tahun
pertama bisnis berjalan. Pengorbanan untuk meninggalkan pekerjaan tetap
yang dinilai memberikan kenyamanan dengan iming-iming penghasilan tetap
per bulan rela dilakoni demi membangun mimpi menjadi wirausaha muda nan
sukses. Konsekuensi apapun atau seberapa pun besar pendapatan yang
diperoleh harus bisa diterima dengan rasa syukur mengingat semua itu
demi kesuksesan di kemudian hari. Lalu apa saja kiat sukses agar bisa
menjalani sebuah bisnis?
Menanggapi hal tersebut, Jepprih
pun berkata, “Kalau memang ingin berbisnis jangan takut untuk
melangkah.” Ia menganggap banyak calon entrepreneur yang sudah merasa
pesimis terlebih dahulu sebelum menjajal lika liku dunia
entrepreneurship. Takut bangkrut, takut tak bisa mengembangkan bidang
usaha, takut rugi serta ketakutan-ketakutan lainnya sebaiknya tak
menjadi rayap yang terus menggerogoti semangat calon pengusaha untuk
berbisnis. “Hal-hal seperti itu wajib dihindari,” saran Jepprih.
Kunci utama lain agar bisa menjadi
entrepreneur sukses adalah wawasan nan luas seputar bidang usaha yang
akan digeluti. Jepprih mencontohkan, “Misalnya kalau ingin membuka
bengkel mobil, dia (calon pengusaha) harus tahu mobil beserta
onderdilnya dan sebisa mungkin mempunyai relasi untuk menunjang kemajuan
bisnisnya kelak.”
Solid
Bekerja sama dengan sahabat-sahabat
yang usianya tak terpaut jauh, Anton dan Jepprih membagi tips agar
hubungan bisnis bisa dilakukan seprofesional mungkin dan diusahakan
tidak mengganggu keeratan jalinan kekeluargaan yang sudah terbangun
sejak lama. “Masing-masing individu harus punya komitmen untuk
mempertahankan bisnis dan tim ini harus solid supaya bisa berkembang dan
terus berkembang menjadi lebih besar lagi,” ucap Jepprih.
Diakui oleh Anton, selama mengelola
bisnis biro iklan ini, dirinya dan keempat temannya jarang terlibat
konflik yang mengarah pada perpecahan. Masalah yang kerap muncul justru
berkaitan dengan mempertahankan kualitas produk. “Karena ini bisnis yang
berhubungan dengan digital printing, jadi desain dan pewarnaan menjadi
fokus utama yang harus ditonjolkan agar klien puas,” tutur Jepprih. “Dan
hal itu adalah sebuah tantangan tersendiri,” lanjutnya.
Berbagi cerita mengenai omzet,
Anton menjelaskan pada tahun pertama pendapatan per orang bila dibagi
rata masing-masing memeroleh Rp300 ribu/bulan dari hasil proyek offset printing
dan pembuatan material promo cetak lainnya. Pendapatan bulanan
tertinggi diperoleh tiap-tiap individu hingga 1,5 tahun pertama adalah
Rp500 ribu. Lalu perubahan menuju kesuksesan itu pun terjadi tahun 2004
ketika Simple Advertising mendapat proyek dari PT L’oreal Indonesia.
Jerih payah dan keringat mereka
tergantikan dengan hasil jalinan kerja sama dari klien besar tersebut.
Gedung berukuran 4x4 meter di kawasan Gunung Sahari, Jakarta Pusat bisa
disewanya sebagai kantor perwalian untuk mengelola bisnis mereka dan
setelah beberapa tahun me-maintain
relasi yang baik dengan beberapa kliennya, biro iklan sukses meraup
omzet hingga Rp3 miliar pada sepanjang tahun 2010 lalu dan mereka pun
bisa menempati ruko 3 lantai sebagai kantor di bilangan Jakarta Barat. (*/ely)
sumber : http://ciputraentrepreneurship.com/bisnis/jasa/12461-simple-advertising-berawal-dari-side-job-berbuntut-pada-omzet-miliaran.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar